Ermanno Graffinya adalah sosok visioner di balik berdirinya PT Graffinya Design Crafting. Dengan latar belakang di bidang desain, literasi, dan komunikasi visual, Ermanno membangun perusahaan ini sebagai wadah untuk menuangkan ide-ide kreatif dan menyebarkan pengetahuan melalui media cetak maupun digital.
Selain itu, Ermanno juga dikenal sebagai pribadi yang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar, khususnya di bidang ilmu agama—termasuk ilmu fiqih secara umum dan ilmu aqidah secara khusus. Ia secara konsisten memperdalam kitab-kitab ulama, baik klasik maupun kontemporer, dengan pendekatan yang relevan terhadap kondisi saat ini.
💬 Kutipan Pribadi
"Desain bukan hanya soal bentuk—tetapi tentang bagaimana sebuah pesan bisa hidup, diterima, dan menggetarkan jiwa."
— Ermanno Graffinya
Ermanno Graffinya bukan tumbuh di pesantren atau ruang sunyi para zahid. Dibesarkan di tengah era dentuman musik NU (New) Metal dan Alternative Rock, riuh mesin pabrik, dan kerasnya dunia teknik Listrik—Sekolah Menengah Kejuruan. Masa remaja dilalui di sekolah Katolik, jauh dari lingkungan yang akrab dengan Al-Qur’an. Maka menghafal satu ayat pun menjadi perjuangan berdarah — bukan karena tak cinta, tapi karena jalan menuju cahaya penuh gelombang dan kebisingan.
Sebagai buruh pabrik, hidup tak banyak memberi ruang untuk merenung. Tapi di sela shift dan suara mesin, belajar mendengar bisikan-bisikan hati. Dalam keraguan dan pencarian, menulis menjadi jalan menyampaikan isi jiwa—tentang rindu, luka, dan pertanyaan yang tak pernah selesai.
Buku “Mengukir di Atas Air” adalah jejak-jejak kecil dari pencarian panjang itu. Upaya menulis makna di atas kefanaan, mencatat getaran batin di tengah dunia yang terus melaju tanpa henti.
Pendidikan dimulai dari SD negeri di kampung yang penuh nuansa religi, sambil mengaji magrib dan belajar madrasah sore. Jejak religius itu samar, tapi cukup menanamkan benih yang kelak tumbuh kembali. Setelah melewati masa SMP di sekolah Katolik dan melanjutkan ke SMK jurusan listrik, bekerja sebagai buruh pabrik. Di tengah rutinitas itu, memilih kembali menekuni agama—melanjutkan kuliah di jurusan Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah), sambil tetap bekerja.
Perjalanan ini bukan dari jalur lurus dan mulus, tapi dari jalan-jalan kecil yang berliku.
“Menulis bukan karena telah sampai, tapi karena masih terus berjalan.”
Hingga saat ini Ermanno Graffinya juga aktif dalam berbagai kegiatan belajar mengajar, khususnya dalam bidang agama, ilmu fiqih secara umum, dan ilmu aqidah secara khusus. Ia juga memperdalam kitab-kitab ulama, baik yang klasik maupun kontemporer, yang sesuai dengan kondisi terkini.
Selain aktif sebagai imam masjid, mengisi khutbah, dan mengadakan pengajian di lingkungan masyarakat, Ermanno juga menulis buku berjudul "300 Menit Belajar Membaca Kitab Gundul", sebuah karya yang dirancang untuk mempermudah pembaca dalam memahami dan membaca kitab-kitab klasik berbahasa Arab tanpa harakat (fatḥah, kasrah, dhammah). Buku ini diterbitkan pada tahun 2015 dan lahir dari keinginan untuk mengatasi tantangan yang dihadapi banyak orang yang ingin mempelajari teks-teks klasik Islam, tetapi kesulitan dengan gaya penulisan yang tidak menggunakan tanda baca atau harakat.
Buku ini menyajikan metode praktis yang dikemas dengan pendekatan sederhana dan mudah dipahami, agar pembaca dapat dengan cepat menguasai cara membaca kitab gundul, yang pada umumnya dianggap sulit oleh pemula. Metode yang diajarkan bertujuan membantu mereka yang ingin memperdalam ilmu agama, khususnya dalam memahami karya-karya klasik ulama terdahulu, agar dapat mengakses warisan intelektual Islam secara lebih efektif dan efisien. Selain itu, buku ini juga menawarkan latihan-latihan yang mendukung proses belajar, serta memperkenalkan teknik-teknik membaca yang dapat diterapkan langsung dalam mempelajari kitab-kitab gundul. Dengan demikian, pembaca dapat merasa lebih percaya diri dan terbantu dalam menghadapi tantangan membaca kitab-kitab klasik yang kaya akan nilai keilmuan dan sejarah.
Melalui karya ini, penulis tidak hanya memberikan kontribusi dalam dunia literasi Islam, tetapi juga berusaha mempermudah proses belajar bagi siapa saja yang ingin mendalami ilmu agama melalui kitab-kitab klasik yang menjadi sumber utama dalam tradisi intelektual Islam.
Ermanno juga aktif mengadakan pembelajaran melalui channel YouTube, di mana banyak peserta dari berbagai kota di Indonesia dapat belajar bersama secara online. Melalui channel YouTube ini, ia mengajarkan teknik-teknik praktis dalam membaca kitab gundul, menjangkau audiens yang lebih luas, bahkan mereka yang berada di daerah terpencil sekalipun. Pembelajaran dilakukan secara interaktif, di mana peserta dapat mengikuti video pembelajaran dan mengajukan pertanyaan mengenai kesulitan yang dihadapi dalam mempelajari kitab-kitab gundul melalui kolom komentar.
Kehadiran channel YouTube ini tidak hanya memudahkan peserta dalam belajar, tetapi juga menciptakan komunitas belajar yang solid, saling mendukung dalam perjalanan memahami kitab-kitab klasik Islam. Dengan cara ini, Ermanno berhasil menjangkau banyak orang dari berbagai latar belakang dan daerah di Indonesia, membuat pembelajaran agama lebih mudah diakses, efektif, dan menyenangkan.
Selain aktif dalam dunia pendidikan agama dan literasi Islam, Ermanno Graffinya juga dikenal sebagai produsen busur panah di Banten. Pada tahun 2017, Ermanno menciptakan Antelope Bow, sebuah busur panah berkualitas tinggi yang dibuat dengan tangan. Produk ini segera dipasarkan dan mendapatkan sambutan positif dari para penggemar olahraga panahan di Banten.
Seiring berjalannya waktu, Antelope Bow berhasil merambah pasar kota-kota besar di berbagai daerah. Penjualannya pun berkembang pesat, dan pada tahun 2019, penjualan mencapai lebih dari 1.000 unit. Pencapaian ini mencerminkan dedikasi Ermanno dalam menghadirkan produk unggulan yang tidak hanya fungsional, tetapi juga estetis, serta mampu memenuhi kebutuhan pasar panahan di Indonesia. Antelope Bow bahkan menjadi busur lokal pertama yang tembus ke mancanegara pada tahun 2017, menandai keberhasilan Ermanno dalam membawa produk Indonesia ke pasar global.
Tidak hanya fokus pada produksi, Ermanno juga berperan aktif dalam mengembangkan komunitas panahan di Indonesia. Melalui pelatihan dan workshop, Ermanno mengedukasi para pemula maupun profesional dalam teknik dan etika olahraga panahan. Selain itu, Ermanno juga berkolaborasi dengan sejumlah klub panahan dan event-event olahraga untuk mempromosikan Antelope Bow, menjadikan produk ini semakin dikenal luas. Dedikasinya dalam memajukan dunia panahan di Indonesia terbukti dengan kualitas tinggi busur Antelope Bow yang tetap dipertahankan hingga kini, menjadikan merek tersebut sebagai pilihan utama bagi para penggemar dan atlet panahan.
Ermanno juga aktif sebagai pelatih panah di PPB (Perkumpulan Panahan Banten). Sebagai spesialis kelas pemula atau basic, Ermanno fokus pada pelatihan teknik dasar panahan, terutama bagi mereka yang baru memulai olahraga ini. Ia memberikan perhatian khusus pada penggunaan busur berbahan fiberglass, yang dikenal karena kekuatan dan daya tahannya, serta cocok untuk pemanah pemula. Dengan pendekatan langsung dan praktis, Ermanno mengajarkan teknik panahan yang tepat, membangun keterampilan teknis, dan memperkenalkan etika berlatih. Fokusnya pada kelas pemula menjadikan PPB Banten sebagai pusat pengembangan atlet panahan yang terus berkembang, sejak tahun 2017 hingga hari ini.